Thursday, June 7, 2007

JENIN DULU DAN SEKARANG

Di mata dunia internasional akhir-akhir ini nama kota Jenin sering mencuat. Saat ini bila nama itu disebutkan dalam sebuah media maka yang akan kita baca kemudian adalah tragedi pembantaian ratusan yang terus berkelanjutan. Dalam harian Al Ahram, Mesir disebutkan para syahid mencapai angkka 2000 lebih. Itu belum termasuk infrastruktur yang dihancurkan. Jenin menunjukkan keberpihakan dunia internasional terhadap Israel. Jenin juga menunjukkan kelemahan bangsa Arab khususnya dan dunia Islam pada umumnya untuk menyelesaikan kasus Palestina. Ternyata, bila kita menilik sejarah, bukan cuma saat ini saja Jenin menjadi sarang pembantaian. Terhitung sejak zaman Napoleon Bonaparte sampai era penjajahan Yahudi, kota Jenin selalu menjadi sarang pelecehan hak-hak asasi manusia.

Nama Jenin sebenarnya berasal dari kata “Ain Janim” yang berarti memiliki kebun-kebun dan mata air yang melimpah. Kurang lebih 1000 tahun sebelum Masehi orang-orang Kan’an (orang Arab keturunan Nabi Nuh) telah mendiami wilayah ini. Mereka juga yang kemudian memberinya nama “Ain Janim”. Hal ini disebutkan dalam naskah Babilonia Juga dimuat dalam buku Taurat. Di zaman Romawi Jenin berhasil ditaklukkan oleh Romawi kemudian dirubah namanya menjadi “Jenay”. Kemudian diganti lagi menjadi “Jeeneen”. Akhirnya ketika wilayah Syam berhasil dikuasai oleh umat Islam di zaman sahabat namanya dirubah menjadi “Jenin”. Sampai saat ini nama itu tidak mengalami perubahan.
Secara geografis kota Jenin terletak 250 meter di atas permukaan laut dekat dengan pegunungan. Ia memiliki tipe daerah lembah pegunungan yang memiliki udara yang sejuk. Sungai Al Muqatha’, termasuk salah satu sungai besar yang menghidupi rakyat Palestina juga melewati kota Jenin.

Dari dulu kota Jenin merupakan daerah yang sangat strategis. Di zaman Palestina kuno kota Jenin berada tepat ditengah-tengah dua kota besar di Palestina, Bishan (Bait syan) dan Magdho membuat posisi Jenin menjadi sangat penting. Para musafir dan pedagang yang ingin ke Bishan atau Magdho mesti melewati Jenin sehingga menjadikan Jenin salah satu pusat perdagangan wilayah utara Palestina.

Sampai di zaman khilafah Usmaniyah, kota Jenin tetap merupakan tempat strategis. Di dalam peta Palestina sebelum pendudukan Israel. Jenin merupakan jantung negara Palestina sebelah utara. Ia berada di ujung utara kota Nablus, sebelah selatan kota Nashirah dan sebelah selatan kota Hifa. Jenin juga menjadi penghubung antara bagian utara dan selatan Palestina. Akibat penjajahan Israel, wilayah Palestina akhirnya dipecah-pecah. Sehingga posisi Jenin tidak lagi berada di jantung Palestina sebelah utara dan tidak lagi menjadi penghubung antara wilayah utara dan selatan Palestina. Sebab wilayah utara Palestina telah dicaplok Israel

Jenin Zaman Penjajahan Prancis
Pada tahun 1798 Napoleon Bonaparte beserta pasukannya menjajah Palestina. Karena akan menaklukkan Akka, mau tidak mau Napoleon Bonaparte terlebih dahulu harus menundukkan Palestina (Buku Ensiklopedi Kota-Kota Palestina). Penjajahan ini mendapat perlawanan keras dari pasukan Khilafah Usmaniyah dibantu rakyat Palestina, yang pada waktu itu Palestina masih termasuk bagian khilafah Usmaniyah. Kekuatan Napoleon Bonaparte yang dipimpin oleh seorang jendralnya, Cliber hampir berhasil ditaklukkan. Namun karena pasukan Prancis tersebut mendapat bantuan tenaga sebanyak 500 pasukan bersenjata lengkap akhirnya Jenin takluk.

Napoleon Bonaparte kemudian memrintahkan pasukannya membakar kota Jenin dan beberapa kota Palestina yang lain beserta segala isinya. Sebagai hukuman karena membantu pasukan Usmaniyah melawan pasukan Prancis.

Jenin Zaman Penjajahan Inggris
Dalam Buku Ensiklopedi Kota-Kota Palestina disebutkan bahwa kota Jenin memegang peranan penting sejarah perlawanan rakyat Palestina menentang penjajahan Inggris. Dari kota Jenin, tepatnya dari sektor Ahras Ya’bad dimulai aksi perlawanan bersenjata pertama kali pada tahun 1935 menentang penjajah Inggris yang dipimpin oleh panglima Izzuddin al Qasam. Pada waktu itu belum ada satu orang Yahudi pun yang tinggal di kota Jenin.

Pada tahun 1936 pemukiman yahudi mulai tumbuh di tanah Jenin. Namun perlawanan rakyat Palestina juga semakin meluas. Dimulai dengan aksi mogok dan demo besar-besaran, perlawanan di tahun ini berlanjut menjadi aksi penyerangan barak-barak militer tentara Inggris dan pemukiman Yahudi. Perlawanan tersebut membuat kerugian yang tidak sedikit di pihak Inggris. Bahkan Moviet, seorang Inggris yang menjabat sebagai gubernur di Jenin berhasil dibunuh oleh perlawanan rakyat.

Posisi Jenin yang strategis sangat membantu lancarnya proses perlawanan tahun 1936. Waktu itu hanya ada satu jalan yang menghubungkan antara wilayah utara dan selatan Palestina. Kota Jenin berada tepat di tengahnya. Orang-orang Jenin sering menyerang kendaraan Inggris yang kebetulan lewat di jalan itu. Tidak sedikit kerugian yang timbul darinya. Sehingga Inggris akhirnya memberlakukan pengawalan militer bagi setiap kendaraan Inggris yang kebetulan lewat di jalan itu.

Ketika perlawanan rakyat Palestina semakin meningkat, Inggris akhirnya mengambil keputusan untuk membumihanguskan kota Jenin. Dalam Buku Ensiklopedi Kota-Kota Palestina disebutkan ada seorang Inggris yang menjadi saksi hidup keberingasan tentara Inggris di Jenin. Ia menuturkan kesaksiannya melalui sebuah surat yang dikirimkan untuk kekasihnya di Inggris. Dalam surat itu ia bertutur, “Engkau mendapatkan di tempat ini aksi terorisme yang dilakukan oleh orang Inggris sendiri. Bagi diriku, hal ini adalah sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Kejadian sangat memilukan terjadi di hadapanku. Dan sayangnya pelakunya adalah dari keturunan bangsaku. Sekitar seratus lima puluh rumah dihancurkan oleh tentara Inggris di kota Jenin. Mereka bukan cuma menghancurkan rumah tapi juga merampok perhiasan yang ada di dalamnya. Bila ada orang Palestina yang mencoba melarikan diri langsung ditembak di tempat. Bagi yang tetap di tempat disiksa habis-habisan”.

Jenin Zaman Penjajahan Zionis
Sejarah Yahudi ingin menguasai Palestina sebenarnya telah dimulai sebelum Theodore Hertzel lahir ke dunia. Dalam sejarah Palestina kuno disebutkan bahwa ada seorang raja Yahudi yang bernama Sya’ul ingin menguasai kota Ain Janim. Namun Sya’ul berhasil dikalahkan bahkan ia bersama tiga anaknya berhasil dibunuh dalam sebuah perang dahsyat di dekat gunung Jalbu’, sebelah timur kota Jenin.

Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh Sulaiman As Syaikh di harian Al Hayat, London disebutkan bahwa pembantaian yang dilakukan oleh Israel di kota Jenin saat ini, alasannya tidak lain sebagai tindakan balas dendam atas kekalahan raja Sya’ul.
Dendam ini kemudian berlanjut ketika Inggris keluar dari Palestina pada 14 Mei 1948. Waktu itu orang-orang Yahudi kebagian jatah senjata gratis dari orang-orang Inggris untuk melawan rakyat Palestina. Berbekal senjata “gratis” ini orang-orang Yahudi mulai melancarkan penjajahan di bumi Palestina. Termasuk kota jenin. Pada tanggal 03 Juni 1948. waktu itu pasukan Yahudi berjumlah sekitar 4000 orang melawan 300 Mujahidin dari Palestina dan Irak. Jumlah yang berimbang jauh membuat mujahidin terdesak dan terpaksa berlindung di gedung kepolisian, sebelah barat Jenin. Ketika keadaan Mujahidin semakin terjepit di dalam gedung, tiba-tiba datang bantuan dari Irak sebanyak 500 Pasukan ditambah 100 orang Palestina. Perang kembali berkecamuk antara Mujahidin dan Pasukan Yahudi dengan kekuatan yang hampir berimbang. Akhirnya 24 jam setelah itu Pasukan Yahudi mundur dari kota Jenin. (Ensiklopedi Kota-kota Palestina).

Kota jenin akhirnya berhasil dikuasai oleh Yahudi pada tahun 1967. Pemukiman Yahudi kemudian mulai marak dan orang-orang Palestina kebanyakan hanya hidup di kamp-kamp penampungan. Ketika terjadi kesepakatan Oslo pada tahun 1993 kota Jenin dikembalikan kepada pemerintah otoritas Palestina sampai saat ini.

The End

No comments: